(Baca juga: Cerita Rakyat Muna: Pasangan Kawin Lari Berubah Jadi Buaya)
Cerita tentang Raja Muna Baizulzaman ini dituturkan secara lisan oleh masyarakat Muna. Dari cerita yang dituturkan secara turun-temurun inilah, penulis berhasil menghimpun cerita lengkap tentang Raja Muna yang dimitoskan lahir dari bambu.
Berikut kisah tentang Raja Muna Baizulzaman.
Singkat cerita, awal mulanya putri Raja Luwu bernama Tendi Abe terdampar di pantai Pulau Muna. Tendi Abe diambil masyarakat bersama imam setempat langsung dibawa ke seorang raja bernama Wamelai. Raja ini menguasai hanya sebagian wilayah Muna, tidak sebesar kerajaan Baizulzaman.
Wamelai menyambut Tendi Abe dengan baik bahkan dibuatkanlah kamar khusus di istana. Kondisi Tendi Abe ketika terdampar itu dalam keadaan hamil dan akan segera melahirkan. Tidak lama kemudian ia mengidam ingin makan rusa. Maka pergilah orang-orang suruhan Raja Wamelai berburu.
Saat mereka berburu, selalu muncul sebatang pohon bambu. Bambu itu sebatang kara di dalam hutan, tidak ada anakan tunasnya hanya sebatang berdiri. Cukup tinggi bambu itu, tidak seperti tingginya badan manusia.
Maka pulang orang-orang yang berburu melaporkan hal itu. Setelah itu, Raja Wamelai berkata “coba ambil bambu itu, mungkin apa”. Maka pergilah lagi mereka. Pada saat ditebas bambu itu mengeluh “aduduh kakiku”. Sejenak, tidak jadi lagi yang ditebas karena bambu mengeluh kesakitan. Ditebas lagi agak bagian atas tapi tidak mampan, “aduduh lututku” kata bambu itu. Tebas lagi di atas “aduduh pinggangku”, mereka tebang ke atas “aduduh kepalaku” katanya.
Para utusan raja itu kemudian mengangkat bambu itu, mencabut dengan akar-akarnya lalu dibawa pulang. Mereka masukan di kamar Tendi Abe. Dalam ruangan kamar itu, begitu sunyi dari orang-orang, bambu itu langsung meledak-ledak, ternyata menjadi manusia. Dialah Baizulzaman, yang dinamakan juga La Eli, orang berkekuatan khusus.
Baizulzaman dipercaya merupakan anaknya Hamzah Bin Abdul Muthalib sahabat Nabi Muhammad. Dalam perkembangannya, Baizulzaman hidup dalam lingkungan istana Raja Wamelai. Baizulzaman inilah yang menikah dengan Tendi Abe.
Baizulzaman di kemudian hari menjadi Raja Muna di tingkatan paling atas penguasa besar, menggantikan Wamelai. Wamelai tidak lagi menjadi raja termasuk keturununannya. Keturunan Wamelai diturunkan di tingkatan salah satu penguasa bawah, penguasa itu yang terbagi dalam empat wilayah. Empat wilayah kekuasaan terbagi atas kekuasaan Tongkuno, Kabawo, Lawa, dan Katobu. Sedangkan Raja Muna selanjutnya adalah keturunan Baizulzaman.
Cerita tersebut hanya dituliskan secara singkat oleh penulis. Cerita lebih lengkap ada pada penulis, tentang bagaimana Tendi Abe bisa terdampar di Muna dan lain sebagainya.
(Baca juga: Cerita Rakyat Muna: Kenta Wandiudiu, Seorang Ibu yang Menjadi Ikan)
Penulis: Muhamad Taslim Dalma
Cerita tentang Raja Muna Baizulzaman ini dituturkan secara lisan oleh masyarakat Muna. Dari cerita yang dituturkan secara turun-temurun inilah, penulis berhasil menghimpun cerita lengkap tentang Raja Muna yang dimitoskan lahir dari bambu.
Berikut kisah tentang Raja Muna Baizulzaman.
Singkat cerita, awal mulanya putri Raja Luwu bernama Tendi Abe terdampar di pantai Pulau Muna. Tendi Abe diambil masyarakat bersama imam setempat langsung dibawa ke seorang raja bernama Wamelai. Raja ini menguasai hanya sebagian wilayah Muna, tidak sebesar kerajaan Baizulzaman.
Wamelai menyambut Tendi Abe dengan baik bahkan dibuatkanlah kamar khusus di istana. Kondisi Tendi Abe ketika terdampar itu dalam keadaan hamil dan akan segera melahirkan. Tidak lama kemudian ia mengidam ingin makan rusa. Maka pergilah orang-orang suruhan Raja Wamelai berburu.
Saat mereka berburu, selalu muncul sebatang pohon bambu. Bambu itu sebatang kara di dalam hutan, tidak ada anakan tunasnya hanya sebatang berdiri. Cukup tinggi bambu itu, tidak seperti tingginya badan manusia.
Maka pulang orang-orang yang berburu melaporkan hal itu. Setelah itu, Raja Wamelai berkata “coba ambil bambu itu, mungkin apa”. Maka pergilah lagi mereka. Pada saat ditebas bambu itu mengeluh “aduduh kakiku”. Sejenak, tidak jadi lagi yang ditebas karena bambu mengeluh kesakitan. Ditebas lagi agak bagian atas tapi tidak mampan, “aduduh lututku” kata bambu itu. Tebas lagi di atas “aduduh pinggangku”, mereka tebang ke atas “aduduh kepalaku” katanya.
Para utusan raja itu kemudian mengangkat bambu itu, mencabut dengan akar-akarnya lalu dibawa pulang. Mereka masukan di kamar Tendi Abe. Dalam ruangan kamar itu, begitu sunyi dari orang-orang, bambu itu langsung meledak-ledak, ternyata menjadi manusia. Dialah Baizulzaman, yang dinamakan juga La Eli, orang berkekuatan khusus.
Baizulzaman dipercaya merupakan anaknya Hamzah Bin Abdul Muthalib sahabat Nabi Muhammad. Dalam perkembangannya, Baizulzaman hidup dalam lingkungan istana Raja Wamelai. Baizulzaman inilah yang menikah dengan Tendi Abe.
Baizulzaman di kemudian hari menjadi Raja Muna di tingkatan paling atas penguasa besar, menggantikan Wamelai. Wamelai tidak lagi menjadi raja termasuk keturununannya. Keturunan Wamelai diturunkan di tingkatan salah satu penguasa bawah, penguasa itu yang terbagi dalam empat wilayah. Empat wilayah kekuasaan terbagi atas kekuasaan Tongkuno, Kabawo, Lawa, dan Katobu. Sedangkan Raja Muna selanjutnya adalah keturunan Baizulzaman.
Cerita tersebut hanya dituliskan secara singkat oleh penulis. Cerita lebih lengkap ada pada penulis, tentang bagaimana Tendi Abe bisa terdampar di Muna dan lain sebagainya.
(Baca juga: Cerita Rakyat Muna: Kenta Wandiudiu, Seorang Ibu yang Menjadi Ikan)
Penulis: Muhamad Taslim Dalma