Air Terjun Lantambaga di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan. Airnya jatuh dari ketinggian 42 meter. Airnya mengalir dari tebing seperti tembok raksasa. |
Air Terjun Lantambaga ini menambah daftar air terjun yang ada di Wawonii, yang lebih dikenal sebagai Pulau Kelapa. Yang paling terkenal saat ini di Wawonii memang Air Terjun Tumburano karena kemegahannya. Air Terjun Lantambaga ini unggul dari sisi keunikan kekayaan alam sekitarnya.
Keistimewaan wisata alam Air Terjun Lantambaga berbeda dengan lokasi wisata lainnya di Sulawesi Tenggara (Sultra). Sesuai namanya, warna airnya seperti tembaga, ikan dan udang di air itu berwarna tembaga, juga warna serupa terdapat dalam satu jenis buah bernama cimpedak. Pohon cempedak banyak tumbuh liar di sekitar Air Terjun Lantambaga.
Air terjun Lantambaga menyajikan panorama alam yang indah-alami, ditambah deruh air yang jatuh dari ketinggian 42 meter. Airnya mengalir dari tebing bak tembok raksasa. Aliran airnya menjadi sungai kecil nan jernih yang menambah kesejukan lokasi wisata yang satu ini.
Tepat di tempat jatuhnya air ada kolam yang cukup dalam, biasanya digunakan untuk berenang dan mandi. Dalam kondisi tenang (tidak hujan deras), airnya sangat jernih-bening dan tidak berkapur. Bahkan alirannya menjadi sumber air bersih bagi masyarakat Wawonii Tengah.
Air Terjun Lantambaga ada dua, satu induk yang paling tinggi. Lalu satunya lagi berjarak sekitar dua ratus meter dari air terjun induk. Di aliran airnya banyak terdapat bebatuan yang berlumut. Banyak lumut dimungkinkan karena air yang tidak mengandung kapur.
Lokasi wisata ini hanya berjarak sekitar 5 kilometer dari Kota Langara (Konkep) dan hanya butuh waktu kurang dari setengah jam waktu tempuh untuk menikmati keindahan alam di hulu sungai Lampeapi itu.
Lantambaga memang adalah salah satu anak sungai yang bermuara di Sungai Lampeapi. Anak sungai ini memiliki keunikan tersendiri berdasarkan warna airnya. Sekali waktu warna airnya Sungai Lantambaga dapat berubah menjadi kuning pekat seperti tembaga.
Lantambaga berasal dari bahasa Wawonii yaitu “la” artinya sungai dan “tambaga” artinya tembaga. Jadi Lantambaga artinya sungai tembaga, tetapi belum ada penelitian ilmiah apakah memang di Sungai Lantambaga itu mengandung unsur kimia tembaga.
Sungai di Wawonii yang airnya jernih. Dasar sungai penuh bebatuan dapat terlihat jelas. |
Bukan hanya tanah dan batunya saja yang menyerupai warna tembaga, tetapi udang dan beberapa jenis ikan yang hidup di sungai Lantambaga juga menyerupai warna tembaga. Meski berwarna demikian tetap bisa dimakan udangnya.
Dahulu di sungai itu banyak terdapat udang seukuran jari tangan. Warga setempat yang berkunjung ke Air Terjun Lantambaga selalu merasa terhibur karena sambil berburu udang yang jumlahnya banyak. Udang akan datang berkerumun dari sela-sela bebatuan hanya dengan menghamburkan bekal makanan. Namun itu dulu.
Kini, udang-udang itu sudah sulit didapat sebab banyak yang menangkap udang dengan menggunakan racun kimia. Penggunaan racun membuat populasi udang menurun drastis dan nyaris punah.
Berburu Buah Cempedak
Tenang saja, meski udang berwarna tembaga sudah sulit didapat, masih ada buah enak yang juga berwarna kuning tembaga. Buah itu adalah cempedak, masyarakat setempat menamakannya ‘dai’. Buah ini masih banyak tumbuh liar, terdapat di hutan sekitar air terjun itu. Akan sangat seru, makan buah cempedak hasil buruan di depan air terjun.
Buah cempedak berlimpah, khususnya pada bulan Februari hingga April setiap tahunnya. Wangi aroma buah cempedak ada di sepanjang jalan menuju Air Terjun Lantambaga. Bau buah cempedak yang mirip nangka itu memang demikian, kurang lebih seperti menusuknya bau durian.
Buah Cempedak. (Sumber foto: How to Open and eat Orange Chempedak) |
Cempedak ini tergolong buah langka karena jenis buah ini sulit ditemukan di daerah lain wilayah Sulawesi Tenggara. Di Pulau Wawonii saja, hanya terdapat di kawasan hutan Wawonii Tengah, sekitar air terjun Lantambaga.
Penulis: Muhamad Taslim Dalma & Husain