Bagi masyarakat, penyebutan kuliner khas Sulawesi Tenggara itu adalah Kamperodo dan Kantiniwua, berasal dari bahasa daerah Muna. Sajian yang demikian sederhana diperkirakan telah lama menjadi menu makanan masyarakat setempat, mungkin sejak biji jagung mulai dibudidayakan di Sulawesi Tenggara.
Makanan Khas Muna Buton "Kamperodo" |
Kuliner ini tidak jauh beda dengan jagung muda rebus di daerah lainnya, bedanya hanya rasa jagungnya. Daratan pulau Muna dan sebagai daratan Buton yang terdiri dari tanah merah, bebatuan, dan sebagian lagi batu kapur memberi cita rasa tersendiri untuk jagung yang tumbuh di atasnya.
Dalam pembuatan Kamperodo maupun Kantiniwua yakni buah jagung yang berumur kurang lebih 70 hari. Pada usia ini biji jagung memiliki rasa manis yang unik dengan tekstur lembek dan tidak terlalu keras.
Soal memerangkap rasa manis inilah yang membedakan Kamperodo dan Kantiniwua. Kamperodo cenderung mempertahankan rasa manis karena terbungkus oleh kulit sedangkan Kantiniwua rasa manisnya berkurang karena tak terlindung.
Rasa manis dua jenis makanan itu juga dipengaruhi oleh cara memasak. Jika direbus biasa, jagung terendam air dalam panci maka rasa manisnya berkurang karena terserap oleh air rebusan. Beda halnya jika didandang (jagung tak terendam air rebusan), cita rasa jagung akan lebih utuh namun dengan waktu pemasakan yang lebih lama.
Tata cara memasak, jagung muda terlebih dahulu dibersihkan dari kulitnya untuk membuat Kantiniwua sedangkan untuk Kamperodo cukup dipotong rapi bagian atas dan bawah buah jagung. Kemudian susun rapi dalam panci rebusan. Dalam satu panci besar pengukusan, biasanya Kambewe Gola dan Kambewe Kapute dimasak bersamaan.
Kuliner Khas Sulawesi Tenggara Jagung Muda |
Sajian Kamperodo dan Kantiniwua enak dimakan tanpa campuran lauk pauk. Untuk makan siang ataupun makan malam bersama keluarga biasanya dihidangkan dengan makanan tradisional lainnya seperti Kenta Kagarai (ikan asin), Kadada Parende (sayur bening), dan lainnya.
Selain dimakan biasa seperti cemilan, Kantiniwua dan Kamperodo juga lebih nikmat jika digiling terlebih dahulu dalam alat penggilingan, masyarakat setempat menyebutnya Kagiling. Caranya biji jagung (pilih yang lumayan keras/tua) dipisahkan dari tongkol lalu digiling. Hasil gilingan ini memiliki tekstrur yang lembut dan mudah menyatu saat diremas. Soal rasa jangan bertanya, sebab rasa mestilah dirasakan.
Penulis: Muhamad Taslim Dalma