Telaga Biru dan Telaga Bening di Muna, Ada Sarang Penyu

JENDELASULTRA.BLOGSPOT.COM – Lokasi wisata di Pulau Muna yang keren untuk dikunjungi adalah Telaga Biru dan Telaga Bening. Telaga Biru dikenal dengan nama “Permandian Moko” berada di Kampung Walengkabola sedangkan Telaga Bening yang dikenal dengan nama “Permandian Mata Air Wakumoro” terletak di Kampung Wakumoro.

Destinasi wisata yang masuk dalam wilayah Kabupaten Muna itu menyajikan keistimewaan khusus, bukan hanya menawarkan suasana hening dan jernihnya air yang berasal dari mata air bebatuan. Kedua telaga itu memiliki luas yang hampir sama, Telaga Biru seluas lapangan bola sedangkan Telaga Bening dua kali lebih luas.

* Telaga Biru

Masyarakat setempat mengenal telaga ini dengan sebutan “Moko”, biasa digunakan sebagai tempat rekreasi. Pengunjung datang untuk mandi dan berenang. Hanya saja dari tepian telaga ini agak curam dan terjal, semua bebatuan. Ketinggian permukaan air dan tepian atas sekitar 5 sampai 6 meter.

Bentuknya melingkar, seolah air tertampung dalam kolam itu, tidak mengalir. Dasar kolam terlihat dengan jelas. Airnya yang selalu jernih, dipastikan ada aliran air di bawahnya, mengalir di sela-sela bebatuan. Airnya cukup payau, mungkin karena tidak jauh dari telaga itu ada pantai Walengkabola.
Permandian Moko di Walengkabola, Muna.
Daerah Walengkabola memang terkenal sebagai daerah bebatuan yang memiliki banyak kolam. Mata air berasal dari goa-goa kecil lalu membentuk genangan air, ada yang besar ada pula yang kecil. Mata air di beberapa gua dijadikan sumber air bersih warga setempat.

Beberapa pohon tinggi tumbuh di tepian tepat di tepian telaga. Pohon-pohon ini biasa dipanjat para pengunjung yang mahir terjun bebas. Mereka memanjat pohon lalu terjun ke air yang tampak kebiruan. Airnya dengan kedalaman sekitar 10 meter lebih membuat aman untuk dilakukan terjun bebas dari ketinggian pohon.

Yang unik, di Telaga Biru itu adalah adanya dua ekor penyu. Besarnya serupa ukuran tubuh orang dewasa. Penyu itu berenang-renang dan menyelam di telaga itu. Telaga Biru itu merupakan sarang bagi kedua penyu itu, seolah tak ada tempat keluar karena dinding-dinding bebatuan yang mengelilingi telaga.


Entah dari mana datangnya penyu itu, yang jelas sudah lama berada di tempat itu. Tak jarang penyu itu akan mendekati pengunjung yang sedang berenang. Saking jinaknya, badannya bisa dipegang untuk berenang bersama. Dua ekor penyu ini kadang menampakkan diri kadang juga tidak.

Ikan-ikan seukuran sendal jepit beragam jenis juga tampak terlihat di Telaga Biru ini. Hal ini makin menambah keindahan Telaga Biru. Bayangkan berada di suatu spot wisata, bisa memanjat pohon untuk terjun, dari atas pohon itu tersaji kolam jernih-biru dengan ikan dan penyu berenang-renang, lalu terjunlah dengan gaya bebas.

*Telaga Bening

Telaga besar ini berbeda dengan Telaga Bening “Moko”, dari warna maupun alirannya. Telaga Bening itu dikenal sebagai “Permandian Mata Air Wakumoro”. Airnya bening dan tawar, dengan tepian batuan dan tanah.

Di tepian tumbuh pohon-pohon tinggi besar menjulang, sehingga selalu tampak gelap. Banyaknya pohon di sekitar telaga itu menambah eksotisme destinasi wisata yang satu ini. Sangat tepat untuk menenangkan pikiran dan berenang-menyelam.

Di balik kesunyian itu ada suara nyanyian serangga tonggoret yang tak berhenti saling berbalas bunyi dengan sesamanya. Tenggoret yang dikenal masyarakat setempat dengan sebutan “runge-runge” ini berbunyi sepanjang waktu tanpa henti, mungkin karena saking banyaknya. 

Kedalaman Telaga Bening ini bervariasi dari 3 meter hingga 10 meter. Ada pula tepian yang dangkal (tapi tidak luas), biasanya jadi tempat anak-anak kecil bermain air. Airnya tidak payau seperti Telaga Biru, sangat jernih dan bening.

Air di Permandian Wakumoro ini mengalir ke kali yang membelah kampung setempat. Di ujung aliran air ada bendungan. Bendungan itulah yang menjaga Telaga Wakumoro tetap penuh dengan air. Bila pintu penahan bendungan itu dibuka, air di Telaga Wakumoro bisa berkurang bahkan mendangkal.

Di lokasi wisata itu ada papan terjun bebas. Tempat terjun itu dibuat khusus seperti di papan terjun di kolam-kolam pada umumnya. Hanya sayangnya, pada awal akhir Februari 2019 ini papan terjun itu tampak rusak tertimpa pohon yang rebah.


Penulis: Muhamad Taslim Dalma