Kuliner khas Sulawesi Tenggara kakobho. (Muhamad Taslim Dalma) |
Kata “kakobho” berasal dari bahasa Muna yang artinya “ikatan”. Sesuai namanya kakobho memang diikat. Pembungkusnya dari daun pisang dan ikatannya dari daun pisang pula. Diameter dan bentuknya seperti sushi (makanan khas Jepang) dengan panjang 20 cm sampai 30 cm.
Pembuatannya dimulai dari membuat inti yakni campuran kelapa dan gula merah. Kelapa yang dipilih adalah yang belum terlalu tua dan tidak terlalu tua. Kelapa diparut lalu dicampur dengan gula merah sampai meresap dalam parutan kelapa.
Sementara adonan dari kaopi dibasahi air agar gampang dibentuk. Inti kelapa lalu dilapisi kaopi. Inti dan lapisannya dibentuk dalam daun pisang sehingga begitu inti tertutupi kaopi maka langsung terbungkus daun pisang. Masing-masing ujung daun pisang kemudian diikat.
Bungkusan itu lalu dikukus sampai matang dalam panci dandang. Bila sudah masak, kakobho biasanya dihidangkan dengan teh atau kopi sebagai sarapan pagi. Ada pula yang menjualnya di pasar-pasar tradisional di Muna.
Rasanya perpaduan antara inti kelapa gula merah dan ubi kayu. Hanya dengan dua kakobho dijamin sudah dapat mengenyangkan karena kandungan seratnya yang tinggi dan cepat memuaskan lidah. Makanan ini biasanya juga jadi bekal dalam perjalanan jauh.
Makanan ini menjadi khas di Sulawesi Tenggara dan banyak terdapat di wilayah kepulauan Muna, Buton, dan Wakatobi. Kelapa dan ubi kayu memang banyak tumbuh subur dan dibudidayakan masyarakat setempat.
Penulis: Muhamad Taslim Dalma